****
“Kata yang ingin paling ku dengar
darimu saat ini adalah kata ‘cinta’.
Tolong yakinkan hatiku untuk
tetap berada di jalanmu, tidak pergi kemana-mana atau mencari jalan yang lain.
Aku mencintaimu.
Seharusnya kau tahu akan hal
itu.”
Park Hyo Hwa menyeret koper merahnya secara perlahan sambil sesekali
mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru bandara internasional kebanggaan
Korea itu dengan gugup. Ia akan berangkat ke London, malam ini. Tentunya dengan
pesawat terakhir.
Gadis itu lantas menghela napas berat saat sebuah suara terdengar memanggil
namanya dengan cukup keras. Hyo Hwa berbalik dan kini berdiri dengan tubuh
gemetar saat seorang pria berlari menghampirinya dengan raut wajah gusar.
Tampak menahan amarah.
“Kau berniat lari dariku, hah?! Jadi ini yang kau sebut dengan ‘jalan
terbaik’ yang bisa kau lakukan untukku? Apa kau sudah gila, Hyo Hwa-
ya?!”
bentak pria itu seraya menarik pergelangan tangan Hyo Hwa. Tampak
mengantisipasi kalau-kalau gadis itu berniat untuk lari dan masuk ke dalam
ruang tunggu keberangkatan.
Hyo Hwa terdiam. Gadis itu hanya bisa menunduk dan menatap
high heels berwarna
putih pucat setinggi lima sentimeter itu dengan sorotan mata terluka. Ia
berhasil menyembunyikan luka ini lebih dari seminggu. Apakah ia tidak bisa
menyembunyikannya lebih lama lagi? Setidaknya ia ingin sekali bertahan untuk
beberapa menit ke depan saja. Berharap air matanya tidak akan keluar secepat
ini dan membiarkannya tersenyum, berpura-pura bahagia di hadapan pria itu.
“Kau kenapa? Apa kau pikir dengan pergi dari negara ini, semua masalah akan
selesai begitu saja? Tidak. Aku akan tetap menikahi kakak tirimu. Kau tidak
bisa lari dari kenyataan, Hyo Hwa-
ya. Aku mencintai Min Mi dan aku
tidak mau menyakitimu lagi. Kau harus tahu semuanya dengan jelas.”
“Tahu soal apa? Tahu soal kenyataan kalau kau itu membohongiku dan memberiku
harapan palsu? Benar begitu,
Oppa?” tanya Hyo Hwa sambil tertawa miris.
Ia bukan menertawakan Kyu Hyun, tapi menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana
mungkin ia jatuh cinta pada tunangan kakak tirinya sendiri selama
bertahun-tahun?
Kyu Hyun memang selalu bersikap dingin terhadap setiap gadis, termasuk pada
Park Hyo Hwa dan Park Min Mi. Tapi pria itu pernah beberapa kali mengajak
Seun Ah pergi berdua saja dengannya. Makan malam berdua dan membelikan gadis
itu berbagai macam hadiah. Hingga akhirnya, minggu lalu Hyo Hwa mendapat kabar
kalau ayahnya akan segera menikahkan Min Mi dan Kyu Hyun. Sebuah kabar
terburuk yang pernah diterimanya selama ini.
Hyo Hwa merasa hancur. Terlebih lagi gadis itu akhirnya mengetahui kenyataan
kalau Kyu Hyun begitu menyayanginya seperti adik sendiri karena Hyo Hwa begitu
mirip dengan adik perempuan Kyu Hyun yang meninggal enam tahun yang lalu. Itu
sebabnya Kyu Hyun sering mengajaknya makan malam berdua saja di luar dan
membelikannya banyak hadiah. Pria itu terlalu menyayanginya dan menganggap Hyo Hwa sebagai Cho Mi Yeon, adik perempuannya yang meninggal dalam kecelakaan.
Hyo Hwa juga tidak menyangka kalau kakak tirinya –Min Mi– ternyata sudah
mengetahui hal ini sejak lama dan membiarkan pria itu mengistimewakan dirinya.
Gadis itu benar-benar tidak tahu kalau Kyu Hyun tidak pernah mempunyai perasaan
terhadapnya. Ia hanya terlalu berharap. Harapan yang sebenarnya tidak ada.
Kosong.
“Aku minta maaf,” ucap Kyu Hyun lembut. Pria itu lalu tersenyum kecil dan
melepaskan genggaman tangannya dari Hyo Hwa. Kyu Hyun tahu kalau ia tidak boleh
egois seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Ia sangat merindukan Mi Yeon dan
pria itu benar-benar menemukan sosok Mi Yeon dalam diri Hyo Hwa. Kyu Hyun
begitu menyayangi Mi Yeon. Melebihi dirinya sendiri.
“Kau tidak mau memaafkanku, Hyo Hwa-
ya?” tanya Kyu Hyun hati-hati.
Pria itu menarik napas perlahan saat Hyo Hwa mengangguk ragu dan tersenyum
kecut.
“Aku memaafkanmu,
Oppa.”
“Aku minta maaf karena tidak menjelaskan semuanya padamu dari awal. Maafkan
aku.”
“Aku tidak apa-apa,” sahut Hyo Hwa seraya menyeka air matanya yang entah
sejak kapan meluncur bebas dari sudut mata kanannya. Gadis itu meringis saat
menyadari kalau pesawat yang akan ia tumpangi itu akan berangkat dalam waktu
sepuluh menit lagi.
“Jaga Min Mi
Eonni dengan baik. Aku akan kembali ke Korea setelah
menyelesaikan kuliahku empat tahun lagi. Aku harap kau tidak kecewa karena aku
tidak mungkin datang ke pesta pernikahan kalian,” ucap Hyo Hwa pelan. Gadis itu
lantas meraih Kyu Hyun ke dalam pelukannya dan mendekap pria itu dengan erat.
Seperti enggan melepaskan tubuh pria yang sebenarnya sangat ia cintai itu.
“Kau juga. Jaga dirimu baik-baik, Hyo Hwa-
ya.”
“Aku tahu,” sahut Hyo Hwa seraya melepaskan pelukan terakhirnya itu dari
tubuh Kyu Hyun. Gadis itu kemudian mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas,
berusaha menampilkan senyuman terbaik yang ia punya pada Kyu Hyun untuk
terakhir kalinya sebelum ia meninggalkan negara ini.
Gadis itu kemudian berbalik dan kembali menyeret koper merahnya saat Kyu
Hyun membalas senyuman itu dengan sedikit canggung. Entahlah. Hyo Hwa juga
tidak terlalu memperhatikannya. Hatinya terlalu sakit untuk melihat wajah
tampan itu lagi.
“Hyo Hwa-
ya!”
“Ya?” Hyo Hwa menoleh dan mendapati Kyu Hyun tengah tersenyum lebar
kepadanya. Sekali lagi. Dan mungkin untuk yang terakhir kalinya untuk empat
tahun ke depan.
“Kau pasti akan menemukan cinta sejatimu tak kan lama lagi,” ujar Kyu Hyun
yang entah kenapa membuat Hyo Hwa kembali tersenyum. Gadis itu lantas
mengangguk dan melambaikan tangannya secara perlahan pada pria tampan itu.
“Tentu saja. Pasti.”
"Aku akan menunggu kedatanganmu Hyo Hwa-
ya!"
“Aku akan merindukanmu. Sangat
merindukanmu.”
THE END