Profil/Biodata BTS (Bangtan Boys

[Profil/Biodata] BTS (Bangtan Boys)

Juni 14, 2013


BTS (Bangtan Boys)

방탄소년단

Dibentuk Oleh Agensi BIGHIT, satu agensi dengan GLAM dan 2AM

BGHIT sendiri adalah Anak dari JYP Entertaiment

BTS debut tanggal 12 Juni 2013

yg terdiri dari 7 anggota yaitu Rap Moster,Jin,Suga,J-Hope,Jimin,V,dan Jung Kook

Pertamakali Debut dengan Mini Album ''2 Cool 4 Skool''


Profil/Biodata

RAP MONSTER (랩 몬스터)




Real Name : Kim Namjoon (김남준)

Birht Date : September 12, 1994

Blood Type : A

Position : Leader | Main Rapper

JIN (진)




Real Name : Kim Seok Jin (김석진)

Birht Date : December 04, 1992

Blood Type : O

Position : Vocal | Visual


SUGA (슈가)



Real Name : Min Yoon Gi (민윤기)

Birht Date : March 09, 1993

Blood Type : O

Position : Rapper

J-HOPE (제이 홉)

Real Name : Jung Ho Seok (정호석)

Birht Date : February 18, 1994

Blood Type : A

Position : Rapper | Dancer

JIMIN (지민)

Real Name : Park Jimin (박지민)

Birht Date : October 10, 1995

Blood Type : A

Position : Vocalist | Dancer

V (브이)

Real Name : Kim Tae Hyung (김태형)

Birht Date : December 30, 1995

Blood Type : AB

Position : Vocalist


Jung Kook (정국)




Real Name : Jeon Jung Guk (전정국)

Birht Date : September 09, 1997

Blood Type : A

Position : Dancer | Rapper |Vocalist | Maknae

My True Love


“MY TRUE LOVE”

Author : Ria Utami
Facebook : Ria Rtngyu
Twitter : @Riatameee

Main Cast :   Park Min Mi
L ‘Infinite’ a.k.a Kim Myung Soo
Lu Han ‘Exo-M’ a.k.a Xi Lu Han
Camilla a.k.a Park Ri Rin
And other cast ^^
Genre : AU!, Romance, Comfort, Hurt
Disclaimer :the fanfict is mine ~



Recommended Song : Big Bang – Haru Haru
Infinite – Only Tears
G.N.A – I Miss You Already


FF “My True Love”
Park Min Mi menyeret koper merahnya secara perlahan sambil sesekali mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru bandara internasional kebanggaan Korea itu dengan gugup. Ia akan berangkat ke London, malam ini. Tentunya dengan pesawat terakhir.
Gadis itu lantas menghela napas berat saat sebuah suara terdengar memanggil namanya dengan cukup keras. Min Mi berbalik dan kini berdiri dengan tubuh gemetar saat seorang pria berlari menghampirinya dengan raut wajah gusar. Tampak menahan amarah.
“Kau berniat lari dariku, hah?! Jadi ini yang kau sebut dengan ‘jalan terbaik’ yang bisa kau lakukan untukku? Apa kau sudah gila, Min Mi-ya?!” bentak pria itu seraya menarik pergelangan tangan Min Mi. Tampak mengantisipasi kalau-kalau gadis itu berniat untuk lari dan masuk ke dalam ruang tunggu keberangkatan.
Min Mi terdiam. Gadis itu hanya bisa menunduk dan menatap high heels berwarna putih pucat setinggi lima sentimeter itu dengan sorotan mata terluka. Ia berhasil menyembunyikan luka ini lebih dari seminggu. Apakah ia tidak bisa menyembunyikannya lebih lama lagi? Setidaknya ia ingin sekali bertahan untuk beberapa menit ke depan saja. Berharap air matanya tidak akan keluar secepat ini dan membiarkannya tersenyum, berpura-pura bahagia di hadapan pria itu.
“Kau kenapa? Apa kau pikir dengan pergi dari negara ini, semua masalah akan selesai begitu saja? Tidak. Aku akan tetap menikahi kakak tirimu. Kau tidak bisa lari dari kenyataan, Min Mi-ya. Aku mencintai Ri Rin dan aku tidak mau menyakitimu lagi. Kau harus tahu semuanya dengan jelas.”
“Tahu soal apa? Tahu soal kenyataan kalau kau itu membohongiku dan memberiku harapan palsu? Benar begitu, Oppa?” tanya Min Mi sambil tertawa miris. Ia bukan menertawakan Lu Han, tapi menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia jatuh cinta pada tunangan kakak tirinya sendiri selama bertahun-tahun?
Lu Han memang selalu bersikap dingin terhadap setiap gadis, termasuk pada Park Min Mi dan Park Ri Rin. Tapi pria itu pernah beberapa kali mengajak Min Mi pergi berdua saja dengannya. Makan malam berdua dan membelikan gadis itu berbagai macam hadiah. Hingga akhirnya, minggu lalu Min Mi mendapat kabar kalau ayahnya akan segera menikahkan Ri Rin dan Lu Han. Sebuah kabar terburuk yang pernah diterimanya selama ini.
Min Mi merasa hancur. Terlebih lagi gadis itu akhirnya mengetahui kenyataan kalau Lu Han begitu menyayanginya seperti adik sendiri karena Min Mi begitu mirip dengan adik perempuan Lu Han yang meninggal lima tahun yang lalu. Itu sebabnya Lu Han sering mengajaknya makan malam berdua saja di luar dan membelikannya banyak hadiah. Pria itu terlalu menyayanginya dan menganggap Min Mi sebagai Xi Mi Yeon, adik perempuannya yang meninggal dalam kecelakaan.
Min Mi juga tidak menyangka kalau kakak tirinya –Ri Rin– ternyata sudah mengetahui hal ini sejak lama dan membiarkan pria itu mengistimewakan dirinya. Gadis itu benar-benar tidak tahu kalau Lu Han tidak pernah mempunyai perasaan terhadapnya. Ia hanya terlalu berharap. Harapan yang sebenarnya tidak ada. Kosong.
“Aku minta maaf,” ucap Lu Han lembut. Pria itu lalu tersenyum kecil dan melepaskan genggaman tangannya dari Min Mi. Lu Han tahu kalau ia tidak boleh egois seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Ia sangat merindukan Mi Yeon dan pria itu benar-benar menemukan sosok Mi Yeon dalam diri Min Mi. Lu Han begitu menyayangi Mi Yeon. Melebihi dirinya sendiri.
“Kau tidak mau memaafkanku, Min Mi-ya?” tanya Lu Han hati-hati. Pria itu menarik napas perlahan saat Min Mi mengangguk ragu dan tersenyum kecut.
“Aku memaafkanmu, Oppa.”
“Aku minta maaf karena tidak menjelaskan semuanya padamu dari awal. Maafkan aku.”
“Aku tidak apa-apa,” sahut Min Mi seraya menyeka air matanya yang entah sejak kapan meluncur bebas dari sudut mata kanannya. Gadis itu meringis saat menyadari kalau pesawat yang akan ia tumpangi itu akan berangkat dalam waktu sepuluh menit lagi.
“Jaga Ri Rin Eonni dengan baik. Aku akan kembali ke Korea setelah menyelesaikan kuliahku empat tahun lagi. Aku harap kau tidak kecewa karena aku tidak mungkin datang ke pesta pernikahan kalian,” ucap Min Mi pelan. Gadis itu lantas meraih Lu Han ke dalam pelukannya dan mendekap pria itu dengan erat. Seperti enggan melepaskan tubuh pria yang sebenarnya sangat ia cintai itu.
“Kau juga. Jaga dirimu baik-baik, Min Mi-ya.”
“Aku tahu,” sahut Min Mi seraya melepaskan pelukan terakhirnya itu dari tubuh Lu Han. Gadis itu kemudian mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas, berusaha menampilkan senyuman terbaik yang ia punya pada Lu Han untuk terakhir kalinya sebelum ia meninggalkan negara ini.
Gadis itu kemudian berbalik dan kembali menyeret koper merahnya saat Lu Han membalas senyuman itu dengan sedikit canggung. Entahlah. Min Mi juga tidak terlalu memperhatikannya. Hatinya terlalu sakit untuk melihat wajah tampan itu lagi.
“Min Mi-ya!”
“Ya?” Min Mi menoleh dan mendapati Lu Han tengah tersenyum lebar kepadanya. Sekali lagi. Dan mungkin untuk yang terakhir kalinya untuk empat tahun ke depan.
“Kau pasti akan menemukan cinta sejatimu tak kan lama lagi,” ujar Lu Han yang entah kenapa membuat Min Mi kembali tersenyum. Gadis itu lantas mengangguk dan melambaikan tangannya secara perlahan pada pria tampan itu.
“Tentu saja. Pasti.”

“Daun maple berterbangan...
Aroma pinus tua yang mengering...
Jika cinta tercipta dalam kehangatan musim ini...
Memberi hadiah teristimewa untuknya
Meniupkan angin keabadian....
Karena cinta tidak memandang perbedaan.
Cinta adalah sesuatu yang menyatukan perbedaan.
Meleburnya menjadi satu dan membentuk ikatan sekuat baja.
Kehidupan yang sempurna itu bukan pada saat kau memiliki semuanya dalam genggaman tanganmu, tapi ketika kau memiliki keluarga yang utuh, cinta yang tulus dan rasa nyaman dalam hidupmu”


“Oppa....!!!” teriak seorang gadis berkulit putih susu dengan cepat ia menghambur ke pelukan seorang pria yang telah lama ia rindukan.
“Oppa!! Jeongmal boggoshipo~?!” ucapnya yang terdengar begitu manja.
“Min Mi~ya !! neomu boggoshipo!!” balas pria ini yang juga merindukan gadisnya itu.
“Oppa, bagaimana kalau kita makan dulu? Aku sangat lapar! Sejak dari London tadi aku hanya makan sedikit! Ya?! Ayolah , oppa!”
“Ah..!! Arra , arra ! Kajja!” pria itu meraih pergelangan tangan Min Mi dan berjalan beriringan.

***
Oppa...! Cobalah ini!”
“Bagaimana?” tanya gadis ini antusias.
“Biasa saja!” ujar pria ini dengan ekspresi datar.
“Kyaak~ Myung Soo oppa! K~mm” teriaknya yang kilat dibungkam oleh Myung Soo.
“emmm.. apa yang kau lakukan oppa-ya? Ah! Kau ini!” ucap Min mi sambil meniup poninya. Satu jitakan pun melayang.
Appo~!!” rintih Min Mi.
“Kau ini! Ini tempat umum Min Mi! Jangan berteriak – teriak !” ujar Myung Soo.
“Arraseo!” tiba – tiba saja ekor mata Min Mi melihat pemandangan yang mungkin membuat hatinya sakit. Sangat sakit. Tubuhnya gemetar hebat. Lidahnya kelu. Myung Soo yang heran dengan ekspresi wajah Min Mi yang berubah seketika dengan cepat membuyarkan pandangan Min Mi.
“Min Mi-ya! Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Myung Soo
“Ah~ A – ku .. Gwanchanayo. Oppa kita pindah dari sini , ne. Jja !” ucap Min Mi yang mendapat tatapan aneh Myung Soo.
“Kau ini kenapa?”
“Min Mi-ya! Ternyata kau disini! Senang kau kembali!” ujar seseorang yang membuat Min Mi terkejut.
Eonni-ya! “
“Apa yang sedang kalian lakukan. Dan kau~ ah ya!! Kim Myung Soo! Apa kabarmu! Sudah lama kita tidak bertemu!” ucap seorang gadis yang dipanggil Min Mi adalah eonni.
“Ah , ne! Aku baik – baik saja. Bagaimana keadaanmu?” tanya Myung Soo yang begitu disambut oleh seorang perempuan berkulit putih bersih yang bersanding dengan seorang pria yang telah lama Min Mi rindukan saat ini. Tapi , mengapa Min Mi merindukannya? Entahlah perasaan lima tahun lalu kini sudah dikuburnya dalam – dalam semenjak Myung Soo masuk di kehidupan Min Mi saat ini. Dimana pertemuan terakhir yang menurutnya adalah awal untuk melupakan masa lalunya. Memulai kembali sedikit demi sedikit.
“Kami juga baik – baik saja!”
“Oh ya, bagaimana tentang perni –, mian aku angkat teleponku dulu”kata Myung Soo yang kini menjauh dari tiga insan ini.
“Min Mi-ya! Mianhe , aku ada urusan mendadak. Nanti aku akan menjemputmu. Kau bisa pulang dengan eonni-mu! Ne ..!!” ucap Myung Soo yang tiba – tiba mengambil jas-nya di meja.
“Arraseo!! Aku akan menunggumu oppa!! Hati – hati !” pesan Min Mi yang mendapat tatapan aneh dari Lu Han.
Annyeong Hikaseyo!! Aku pamit dulu!” ucap Myung Soo yang kini tak terlihat lagi punggungnya.
“Eum.. Aku akan memesan dulu , ne!” ujar Ri Rin yang membuat Lu Han dan Min Mi menoleh bersamaan.

Satu detik....

Dua detik....

Tiga detik...

“Dia Ri Rin. Kakakku yang tersayang.” ucap Min Mi yang membuat Lu Han menoleh.

“Aku tahu.” sahut Lu Han sambil menatap ke arah Ri Rin yang sedang berjalan ke arah mereka berdua dengan raut wajah gembira.

“Karena itu jangan membuatnya kecewa, apalagi menangis.”

“Tidak akan.”

“Kau sudah memilihnya. Kau harus membahagiakannya untukku. Atau kalau tidak, aku akan membunuhmu Lu Han-ah.”

“Ancamanmu mengerikan.”

“Berjanjilah untuk menjaganya untukku.”

“Aku berjanji.”

“Bagus.” balas Min Mi sambil tersenyum kecut.

“Ucapanmu aneh.”

“Aku memang aneh. Kau tahu sendiri akan hal itu.”

“Tapi hari ini lebih aneh daripada biasanya.” ucap Lu Han sambil terus menatap Ri Rin yang jaraknya semakin lama semakin dekat.

“Perasaanmu saja.”

Min Mi-ya! Aku membawakan cokelat khusus untukmu!” seru Ri Rin sambil menyodorkan sekotak cokelat berbentuk hati yang sontak membuat Min Mi dan Lu Han saling berpandangan.

“Aku tak pernah salah.” ucap Min Mi pelan. Lu Han mendesah.

“Salah apanya?” tanya Ri Rin tak mengerti.

Aniya, bukan apa-apa.”

“Ri Rin-ya, kita pulang sekarang ne?” ucap Lu Han sambil mengulurkan tangan kanan-nya ke arah Ri Rin. Gadis itu tidak menjawab. Hanya berdiri tegak sambil menatap tangan kekar itu dengan perasaan aneh.

Min Mi-ya mau kemana? Tidak pulang bersama kami?” tanya Ri Rin sesaat setelah menerima uluran tangan Lu Han. Min Mi menggeleng.

“Mau mampir ke suatu tempat. Eonni pulang duluan saja.”

Ne..”

***
“Hidup adalah putaran waktu yang membuatku menjalani kehidupan seperti biasa.
Melakukan banyak hal seperti biasa.
Tapi tidak mencintaimu seperti biasa, karena cinta itu bertambah setiap detik setiap harinya dalam hidupku.
Hingga aku tak dapat lagi mengukur seberapa besar cinta itu.
Belajar apa yang telah ku alami.”


Appa, apa kabarmu?” ucap seorang gadis berusia sekitar dua puluh tahunan sambil membungkuk hormat. Gadis itu kemudian berlutut dan meletakkan sekotak cokelat berbentuk hati di atas makam yang sudah lebih dulu dihiasi dengan buket bunga mawar pink yang harum.

“Aku datang menemuimu lagi, appa. Aku sangat merindukanmu.”

Min Mi menghela napas dan kembali berbisik, “Aku membawakan sekotak cokelat untukmu lagi, appa. Sudah lama aku tak memberimu cokelat Cokelat buatan Ri Rin eonni. Cokelat yang sebenarnya dibuatkan khusus untukku.”
Min Mi mengerjap-ngerjapkan matanya dan kemudian tersenyum kecut. Setetes butiran bening mulai mengalir menuruni wajahnya yang cantik.

“Dulu Ri Rin pernah menitipkan cokelat ini untuk diberikan padamu, appa. Tapi aku malah melakukan kesalahan dengan memberikan cokelat ini pada orang lain. Seorang bocah laki-laki kecil yang menangisi makam ayah-nya. Dia pasti sangat kehilangan karena aku juga merasakan hal yang sama dengannya. Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan ayah yang sangat dicintai. Ku pikir dia akan merasa terhibur dengan cokelat yang ku berikan padanya dulu.” ucap Min Mi sambil terisak. Gadis itu lalu menutup wajahnya dan mulai menangis dengan keras.

“Aku bersalah appa, aku tidak menepati janjiku pada Ri Rin untuk memberikan cokelat itu padamu disini. Aku malah memberikannya pada orang lain. Aku merasa bersalah dan sebagai gantinya aku datang mengunjungimu setiap bulan semampuku tanpa sepengetahuan Ri Rin. Aku meminta Ri Rin untuk membuatkan cokelat yang sama setiap bulan dengan alasan aku menginginkan hal itu. Walaupun Ri Rin eonni adalah saudara tiriku tetapi dia sangat baik, dia selalu membuatkanku cokelat yang sebenarnya tak pernah ku makan walaupun aku ingin sekali mencoba rasanya sedikit.”

Min Mi menghela napas kasar dan menatap langit dengan mata basah.

“Maaf, aku telah mengecewakanmu appa. Aku punya alasan kuat untuk menutupi semua ini dari Lu Han dan Ri Rin. Tapi apakah kau tahu, appa? Lu Han datang mencariku dan pada akhirnya menganggap Ri Rin adalah aku. Gadis yang menyeka air matanya dan memberikan sekotak cokelat berbentuk hati agar dia berhenti menangis dan tersenyum. Aku tidak bisa berbuat banyak, itu kesalahanku. Dan sudah sepantasnya Lu Han menyukai Ri Rin. Pemilik cokelat itu yang sebenarnya. Tapi entah kenapa, rasanya hatiku begitu sakit saat Lu Han mengatakan kalau dia menyukaiku. Dia menyukaiku, appa. Aku juga menyukai Lu Han, tapi aku tak dapat mengatakannya pada siapa pun. Aku berusaha membencinya semampuku. Demi Ri Rin. Karena aku juga tahu kalau Ri Rin sangat mencintai Lu Han. Itu sangat menyakitkan, appa. Dan bagaimana appa tahu bahwa Myung Soo adalah jodohku? Mengapa appa tidak memberikan cincin itu pada Ri Rin eonni? Seandainya cincin itu diberikan Ri Rin eonni, aku akan bahagia bersama Lu Han , appa.

Min Mi tersenyum kecut dan menyeka air matanya dengan punggung tangan. Berusaha tetap menatap fokus ke arah makam yang mulai basah karena rintik-rintik hujan.

Appa, jika dapat ku putar waktu. Aku tak ingin menemui bocah laki-laki itu, aku tak ingin menyeka air matanya dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Aku juga tak ingin memberikan cokelat itu padanya. Kalau saja aku tidak melakukan semua itu, mungkin aku dan Ri Rin sudah bahagia dengan pria pilihan masing-masing. Kami tidak mungkin terjebak dalam cinta yang sama. Cinta untuk pria yang sama.”

“Min Mi-ya?”

Tiba-tiba saja bahu kanan Min Mi ditepuk dengan pelan. Gadis itu tersentak, tapi tidak kuasa untuk menoleh. Tubuhnya mendadak gementar. Menggigil pucat.

“Kau salah kali ini, Min Mi-ya. Salah untuk yang kedua kalinya.” bisik suara itu yang membuat Min Mi menjerit histeris.

“Sadar Min Mi-ya! Kau harus sadar! Kau mencintaiku!” teriak Lu Han bersamaan dengan suara hujan yang turun semakin deras. Min Mi menggeleng kuat-kuat dan berusaha melepaskan diri dari pelukan kuat pria itu.

“Tidak! Aku tidak salah! Bukankah Ri Rin eonni memang membuatkan cokelat itu untukmu? Dia adalah gadis yang membuat semua cokelat-cokelat itu! Apa aku kurang lama pergi dari Korea hanya untuk kau bisa melupakanku? Bukankah kau telah menganggapku sebagai adikmu. Xi Min Yeon? Hah?! Dan kau telah resmi menjadi pendamping Ri Rin eonni? Aku adalah orang yang paling terpukul dengan kematian appa! Appa sangat suka cokelat, sama sepertiku! Dan Ri Rin paham sekali akan hal itu! Aku tak baik untukmu, Lu Han-ah! Aku tak baik untukmu! Lupakan aku , oppa!!” pekik Min Mi sambil menangis hebat. Lu Han tersentak. Rahang pria itu mengeras.

“Apanya yang tidak baik? Kau baik! Seandainya saja aku tidak mengikutimu enam tahun yang lalu, mungkin sekarang aku menganggap kalau kau adalah gadis yang bertemu denganku taman waktu itu . Tapi ternyata? Bukan dia yang ku cari, Min Mi-ya! Tapi kau! Kau adalah gadis kecil konyol yang datang ke taman dengan gaun pink basah! Gadis yang menyerahkan sekotak cokelat rusak dan menyeka air mataku! Gadis yang mengatakan semua akan baik-baik saja! Dan gadis yang membuatku merasakan cinta untuk yang pertama kali! Aku tak pernah merasakan hal gila seperti ini pada gadis lain, kecuali kau!Tapi ternyata?  Setelah kau pergi semuanya berubah. Aku begitu merindukanmu. Disisi lain , Ri Rin dia telah menjadi pendamping hidupku. Mengapa kau tak bicara bahwa kau gadis yang datang waktu itu? Kau memilih cincin itu.  Dan apakah kau tahu? Ri Rin yang menyuruhku untuk menyusulmu kemari!” bentak Lu Han bertubi-tubi.

Min Mi tercekat. Gadis itu tak mampu menjawab. Hanya air mata yang terus menerus mengalir membasahi wajahnya. Seakan-akan berlomba dengan hujan yang sejak tadi menguyur pemakaman sepi itu. Lu Han mengatur napasnya yang terengah-engah dan kembali meraih gadis pucat itu ke dalam pelukannya.

“Aku disini, Min Mi-ya. Aku disini. Aku yang akan melindungimu.” bisik Lu Han yang membuat Min Mi semakin merasa kacau.

“Aku…aku—“

“Kau tak perlu menjawab.”

“Tapi kau harus mendengar penjelasanku, Lu Han-ah.” desis Min Mi lemah.

“Apa?”

Lu Han melepaskan pelukannya dan menatap wajah gadis itu dengan bingung. Ada perasaan aneh yang lagi-lagi menjalar mengusik batinnya.

“Aku.. aku tak bisa, Lu Han-ah.”

“Maksudmu?”

“Aku tak bisa bersamamu. Tidak bisa..”

“Min Mi-ya…”

“Aku ingin kau mau memaafkan segala kesalahanku, segala kebencianku dan semua yang pernah terjadi selama ini. Aku minta maaf jika pernah menyakiti perasaanmu.”

“Jangan bicara macam-macam, Min Mi-ya!”

“Maaf, aku tak bisa. Aku tak pantas.” desis Min Mi pelan. Rasanya oksigen disekitar gadis itu mulai menipis, sehingga Min Mi mulai kesulitan bernapas.

“Cukup! Aku tak mau dengar!”

“Tolong jaga Ri Rin eonni. Cintailah dia Lu han-ah. Aku mohon.”

“Min Mi-ya!!”

“Aku mencintaimu, Lu Han-ah. Saranghae.” bisik Min Mi lirih bersamaan dengan hilangnya kesadaran gadis itu dalam pelukan Lu Han. Min Mi jatuh lemas dan Lu Han menahan beban tubuh gadis itu dengan susah payah.

“Min Mi-ya? Bangun! Min Mi-ya!!” panggil Lu Han panik. Pria itu lantas mengangkat tubuh pucat Min Mi dan berjalan menembus hujan dengan  cepat. Beberapa saat kemudian, sebuah mobil Ferrari fortabel putih tampak meninggalkan areal pemakaman itu dengan kecepatan tinggi.

***

“Kehidupan yang sempurna itu bukan pada saat kau memiliki semuanya dalam genggaman tanganmu, tapi ketika kau memiliki keluarga yang utuh, cinta yang tulus dan rasa nyaman dalam hidupmu.
Aku baru sadar cinta itu datang tanpa harus mencari. Hanya saja kita tak peka pada perasaan kita. Orang – orang yang tinggal bersamaku .... tiba – tiba menjadi tidak berarti bagiku. Itu hal yang mudah bagiku. Terlepas apa yang aku makan atau berjalan bersama mereka saat hujan tiba. Tidak peduli betapa baiknya mereka kepadaku, sangat mudah bagiku untuk meninggalkan mereka. Itu juga berlaku jika ada orang yang meninggalkanku terlebih dulu. Meski mereka pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aku tak keberatan dengan semua itu. Aku akan melupakannya. Aku tak tahu apa artinya untuk mencintai seseorang sampai mati. Tapi disaat cinta itu datang , semuanya berubah. Cinta merubah semua keadaan. Aku berterima kasih saat kau membantuku menghilangkan kesedihan yang mungkin membuatku sangat terpukul..”

            “Jelaskan padaku apa yang terjadi pada Min Mi?! Dia kenapa? Dia sakit?!” todong Myung Soo begitu Ri Rin menghampiri pria itu dengan langkah tergesa. Gadis itu tidak langsung menjawab. Hanya mampu menatap Myung Soo dengan raut wajah yang tak bisa dijelaskan. Lu Han menunduk. Ia berharap tak akan terjadi sesuatu dengan Min Mi. Dia tahu ini kesalahannya.

“Dia..dia—“

“Dia kenapa?!”

“Min Mi punya penyakit, keturunan dari appa.” jawab Ri Rin pelan. Hampir tak terdengar.

“Sakit? Tapi selama ini dia baik-baik saja! Apa yang terjadi padanya?” tanya Myung Soo tak mengerti. Ri Rin menunduk.

“Min Mi punya penyakit pneumonia. Dia tak boleh terkena hujan begitu lama karena itu akan membuat sakitnya kambuh.”

“Itu saja? Bukankah penyakit itu bisa sembuh dengan minum obat? Lalu kenapa tadi ku lihat kondisinya kritis? Kenapa bisa semakin parah?”

Ri Rin tak menjawab. Gadis itu tersenyum kecut dan kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil yang berisi cincin milik keluarga Kim.

“Ini punyamu.” ucap Ri Rin yang membuat Myung Soo mengernyit.

“Kenapa dikembalikan?”

“Aku tak pantas memilikinya. Itu milikmu. Benda yang kau berikan untuk Min Mi, bukan aku. Maaf, selama ini aku benar-benar tidak tahu tentang kebenaran dibalik cincin cantik itu.”

“Tapi—“

“Aku sudah tahu semuanya saat Lu Han mengatakan akan menyusul Min Mi ke pemakaman. Aku tahu kalau ini tak boleh, tapi aku mencari jawaban atas pertanyaanku sendiri. Aku membongkar kamar Min Mi Aku mencari catatan, buku atau apa saja untuk menjawab semua pertanyaan yang sejak dulu selalu memenuhi pikiranku. Tapi Min Mi sama sekali tidak menyimpan benda-benda semacam itu. Aku hanya menemukan selembar foto kusam yang robek dibagian ujungnya. Foto yang diambil secara diam-diam dan terlihat tidak fokus pada objek karena memakai kamera ponsel. Itu foto dirimu, Myung Soo. Min Mi menyimpannya dibawah bantal yellow kesayangannya. Dan apakah kau tahu artinya itu? Dia sangat mencintaimu. Tapi dia tak ingin aku mengetahui kenyataan itu. Lima tahun yang lalu, dia memutuskan pergi ke London hanya untuk menemuimu. Melupakan apa yang terjadi saat itu. Melupakan Lu Han. Melupakan kesedihan yang membuatnya tertekan. Eomma , menyuruhnya agar tidak pergi tanpa pengawasannya. Tapi , dia keuhkeuh ingin menemuimu.” Jelas Ri Rin dengan suara tercekat. Lu Han menunduk. Setetes kilauan bening meluncur dengan bebas dari sudut mata kanan Myung Soo. Menandakan bahwa saat ini perasaan pria itu benar-benar hancur.

“Dia begitu terpukul saat membaca surat terakhir yang diberikan appa sebelum dia pergi. Waktu itu Min Mi menganggap bahwa Lu Han mencintainya. Jika Min Mi tidak berbohong waktu itu mungkin dia sudah hidup bahagia dengan Lu Han dan cincin itu, ya! Seharusnya aku yang memilikinya bukan Min Mi. Min Mi lebih memilihmu. Min Mi melarangku untuk mengatakan semua ini. Hanya aku dan eomma yang mengetahuinya. Tapi sebelum aku pergi menemuimu disini, eomma menyuruhku untuk menjelaskan semua yang terjadi.”

“Katakan.. Aku sudah siap..” sahut Myung Soo parau. Ri Rin mengangguk.

“Min Mi sejak lahir dia mengalami gangguan pernapasan yang disebut asfiksia. Dia kesulitan bernapas dan saat itu kondisinya kritis. Tapi Tuhan masih menyelamatkannya. Min Mi akhirnya berhasil keluar dari rumah sakit setelah seminggu mendapatkan perawatan yang intensif.”

“………”

“Kami tumbuh dewasa dengan kondisi kesehatan yang berbeda. Appa , selalu mengkhawatirkan keadaan Min Min sampai dia tak sadar akan penyakitnya sendiri. Min Mi adalah orang yang mudah sakit. Setelah kabur dari rumah saat perayaan ulang tahun dia yang ketujuh belas tahun, dia kembali masuk rumah sakit karena gangguan pernapasan. Kau tahu? Saat itu dia pergi ke pemakaman appa dengan gaun ulang tahun berwarna pink lembut dan membawa sekotak cokelat hasil buatanku dan eomma. Seluruh keluarga kami mencarinya dan pada akhirnya menemukan Min Mi dalam keadaan pingsan tak jauh dari pemakaman. Dan sekotak cokelat itu hilang. Kami hanya bisa menemukan sebuah cincin indah yang berada dalam genggaman tangannya.”

“Cincin itu…” desis Myung Soo lirih. Pria itu lalu menghela napas dan menghembuskannya dengan kasar. Ada perasaan terluka saat Ri Rin mulai membuka semuanya. Segala hal tentang Min Mi.

Eomma selalu menjaga Min Mi agar tidak terkena hujan, tidak keluar saat musim dingin dan berusaha menjaga agar penyakit paru-parunya itu tidak kambuh lagi. Itu sebabnya Min Mi membenci hujan. Dia tidak suka dengan cuaca mendung dan terlalu dingin. Itu akan membuatnya kesulitan bernapas. Dan yang lebih parah lagi, Min Mi tak hanya mewarisi penyakit pneumonia dari appa. Dia juga mewarisiSyndrom Stevens-Johnson yang lebih berbahaya dibandingkan dengan infeksi virus herpes.”

“Apa itu sangat berbahaya?”

Ne, tubuh orang yang menderita Syndrom Stevens-Johnson tidak bisa menerima segala jenis obat antibiotik, analgetik dan analgesik. Kematian biasanya disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, bronkopneumonia, serta sepsis. Dan Min Mi termasuk kedalamnya. Dia penderita pneumonia yang parah ditambah dengan tubuhnya yang alergi terhadap semua jenis obat-obatan yang mendukung kesembuhannya. Antibiotik digunakan sebagai obat utama untuk membunuh kuman penyakit, melumpuhkan virus dan sebagainya. Sedangkan analgetik adalah jenis obat untuk menghilangkan rasa sakit, obat penenang dan juga obat yang berfungsi untuk meringankan sakit yang dialami oleh penderita. Lalu analgesik? Aku tak bisa menjelaskan lebih jauh soal ini. Yang jelas tipe obat analgesik itu semacam paracetamol dan metamizol. Itu artinya Min Mi tidak dapat meminum obat apapun! Satu pun tidak ada yang mampu meringankan rasa sakitnya karena ia alergi terhadap semua jenis obat itu! Dan apakah Oppa tahu? Satu-satunya benda yang bisa membuat Min Mi bertahan hanya lah oksigen! Hanya oksigen oppa! Tidak lebih!” ucap Ri Rin tanpa bisa menahan air matanya yang sejak tadi mengalir bebas membasahi wajahnya yang cantik.

Myung Soo menunduk. Pria itu hanya mampu menangis dalam diam. Dan mulai berpikir kalau dunia ini terlalu kejam. Ini adalah kunci dari segala drama yang ia jalani. Min Mi adalah  gadis yang selama ini ia cari. Yang telah lima tahun menjalani kehidupan bersama. Mengenal satu sama lain.

Beberapa detik kemudian, Myung Soo mengangkat wajahnya dan berjalan menuju ruangan yang sejak tadi tertutup. Memukul-mukul pintu ruangan serba putih itu sambil menjerit frustasi. Ri Rin tak bisa berbuat banyak. Gadis itu hanya mampu menatap punggung Myung Soo yang membelakanginya. Terlalu sakit untuk dikatakan secara jelas.

Myung Soo berteriak beberapa kali, meminta petugas medis untuk membuka pintu dengan perasaan campur aduk. Tak ada yang mendengar jeritannya. Semua petugas medis didalam sana berusaha menyelamatkan Min Mi tanpa bisa memberikan jenis obat apapun. Tidak bisa memberikan suntikan atau cara lain agar membuat gadis itu bertahan.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Tampak dua orang petugas medis keluar dari ruangan itu disambut oleh Myung Soo , Lu Han dan Ri Rin. Tak lama kemudian, Jin Ah muncul dari dalam ruangan itu dengan mata sembab.

Eomma..”

“Ri Rin-ah, kau harus kuat.. Kita harus mengikhlaskan Min Mi, ne? Kasihan dia…” ucap Jin Ah sambil terus menerus menyeka air matanya. Bibir wanita paruh baya itu bergetar hebat. Membuat Ri Rin seketika menangis histeris dan memeluk tubuh wanita yang melahirkannya dua puluh tahun yang lalu itu.

“Ini tidak mungkin…” desis Myung Soo lirih. Air matanya mulai merebak, meronta-ronta ingin keluar dengan bebas.

“Min Mi masih hidup, bukan?” tanya Lu Han parau. Jin Ah menggeleng perlahan.

“Dia pergi.. Beberapa menit yang lalu.. Tak ada lagi yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan Min Mi.. Aku tak bisa menahannya lebih lama lagi.. Kasihan dia..” jawab Jin Ah berusaha tegar. Wanita paruh baya itu lantas meremas bahu Myung Soo yang gemetar.

“Terima kasih karena telah mencintai putriku, Tuan Kim.” Ucap Jin Ah sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Ri Rin. Myung Soo tak menjawab. Pria itu hanya berjalan pelan ke dalam ruangan dimana tubuh tak bernyawa Min Mi tengah berbaring dia atas tempat tidur putih berhiaskan selang-selang aneh yang entah untuk apa. Tubuh kaku Min Mi ditutup dengan selembar kain putih bersih, tanpa noda. Menandakan Min Mi memang sudah pergi, meninggalkan semuanya. Meninggalkan rasa sakit yang selalu ia rasakan bertahun-tahun. Meninggalkan ibu dan kakak yang menyayanginya serta seorang pria yang ternyata sangat mencintainya.

“Min Mi-ya..” panggil Myung Soo serak. Pria itu menatap raut wajah pucat Min Mi dengan nanar. Rasanya semua kejadian ini tidak nyata. Ini mimpi. Ya, Myung Soo yakin kalau ini mimpi!

“Bangun Min Mi-ya..

“……….”

“Aku mohon bangun..”

“………..”

“Min Mi-ya! JANGAN BERCANDA!! INI SAMA SEKALI TIDAK LUCU!!”

“………..”

“BANGUN!! AKU MOHON JANGAN PERGI!!! KAU TAK BOLEH PERGI!!!!”

“………..”

“AKU MENCINTAIMU!! AKU MOHON JANGAN PERGI!!!”
Saranghae Kim Myung Soo~~”

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme