Last Hug



****

“Kata yang ingin paling ku dengar darimu saat ini adalah kata ‘cinta’.
Tolong yakinkan hatiku untuk tetap berada di jalanmu, tidak pergi kemana-mana atau mencari jalan yang lain.
Aku mencintaimu.
Seharusnya kau tahu akan hal itu.”
 

Park Hyo Hwa menyeret koper merahnya secara perlahan sambil sesekali mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru bandara internasional kebanggaan Korea itu dengan gugup. Ia akan berangkat ke London, malam ini. Tentunya dengan pesawat terakhir.
Gadis itu lantas menghela napas berat saat sebuah suara terdengar memanggil namanya dengan cukup keras. Hyo Hwa berbalik dan kini berdiri dengan tubuh gemetar saat seorang pria berlari menghampirinya dengan raut wajah gusar. Tampak menahan amarah.
“Kau berniat lari dariku, hah?! Jadi ini yang kau sebut dengan ‘jalan terbaik’ yang bisa kau lakukan untukku? Apa kau sudah gila, Hyo Hwa-ya?!” bentak pria itu seraya menarik pergelangan tangan Hyo Hwa. Tampak mengantisipasi kalau-kalau gadis itu berniat untuk lari dan masuk ke dalam ruang tunggu keberangkatan.
Hyo Hwa terdiam. Gadis itu hanya bisa menunduk dan menatap high heels berwarna putih pucat setinggi lima sentimeter itu dengan sorotan mata terluka. Ia berhasil menyembunyikan luka ini lebih dari seminggu. Apakah ia tidak bisa menyembunyikannya lebih lama lagi? Setidaknya ia ingin sekali bertahan untuk beberapa menit ke depan saja. Berharap air matanya tidak akan keluar secepat ini dan membiarkannya tersenyum, berpura-pura bahagia di hadapan pria itu.
“Kau kenapa? Apa kau pikir dengan pergi dari negara ini, semua masalah akan selesai begitu saja? Tidak. Aku akan tetap menikahi kakak tirimu. Kau tidak bisa lari dari kenyataan, Hyo Hwa-ya. Aku mencintai Min Mi dan aku tidak mau menyakitimu lagi. Kau harus tahu semuanya dengan jelas.”
“Tahu soal apa? Tahu soal kenyataan kalau kau itu membohongiku dan memberiku harapan palsu? Benar begitu, Oppa?” tanya Hyo Hwa sambil tertawa miris. Ia bukan menertawakan Kyu Hyun, tapi menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia jatuh cinta pada tunangan kakak tirinya sendiri selama bertahun-tahun?
Kyu Hyun memang selalu bersikap dingin terhadap setiap gadis, termasuk pada Park Hyo Hwa dan Park Min Mi. Tapi pria itu pernah beberapa kali mengajak Seun Ah pergi berdua saja dengannya. Makan malam berdua dan membelikan gadis itu berbagai macam hadiah. Hingga akhirnya, minggu lalu Hyo Hwa mendapat kabar kalau ayahnya akan segera menikahkan Min Mi dan Kyu Hyun. Sebuah kabar terburuk yang pernah diterimanya selama ini.
Hyo Hwa merasa hancur. Terlebih lagi gadis itu akhirnya mengetahui kenyataan kalau Kyu Hyun begitu menyayanginya seperti adik sendiri karena Hyo Hwa begitu mirip dengan adik perempuan Kyu Hyun yang meninggal enam tahun yang lalu. Itu sebabnya Kyu Hyun sering mengajaknya makan malam berdua saja di luar dan membelikannya banyak hadiah. Pria itu terlalu menyayanginya dan menganggap Hyo Hwa sebagai Cho Mi Yeon, adik perempuannya yang meninggal dalam kecelakaan.
Hyo Hwa juga tidak menyangka kalau kakak tirinya –Min Mi– ternyata sudah mengetahui hal ini sejak lama dan membiarkan pria itu mengistimewakan dirinya. Gadis itu benar-benar tidak tahu kalau Kyu Hyun tidak pernah mempunyai perasaan terhadapnya. Ia hanya terlalu berharap. Harapan yang sebenarnya tidak ada. Kosong.
“Aku minta maaf,” ucap Kyu Hyun lembut. Pria itu lalu tersenyum kecil dan melepaskan genggaman tangannya dari Hyo Hwa. Kyu Hyun tahu kalau ia tidak boleh egois seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Ia sangat merindukan Mi Yeon dan pria itu benar-benar menemukan sosok Mi Yeon dalam diri Hyo Hwa. Kyu Hyun begitu menyayangi Mi Yeon. Melebihi dirinya sendiri.
“Kau tidak mau memaafkanku, Hyo Hwa-ya?” tanya Kyu Hyun hati-hati. Pria itu menarik napas perlahan saat Hyo Hwa mengangguk ragu dan tersenyum kecut.
“Aku memaafkanmu, Oppa.”
“Aku minta maaf karena tidak menjelaskan semuanya padamu dari awal. Maafkan aku.”
“Aku tidak apa-apa,” sahut Hyo Hwa seraya menyeka air matanya yang entah sejak kapan meluncur bebas dari sudut mata kanannya. Gadis itu meringis saat menyadari kalau pesawat yang akan ia tumpangi itu akan berangkat dalam waktu sepuluh menit lagi.
“Jaga Min Mi Eonni dengan baik. Aku akan kembali ke Korea setelah menyelesaikan kuliahku empat tahun lagi. Aku harap kau tidak kecewa karena aku tidak mungkin datang ke pesta pernikahan kalian,” ucap Hyo Hwa pelan. Gadis itu lantas meraih Kyu Hyun ke dalam pelukannya dan mendekap pria itu dengan erat. Seperti enggan melepaskan tubuh pria yang sebenarnya sangat ia cintai itu.
“Kau juga. Jaga dirimu baik-baik, Hyo Hwa-ya.”
“Aku tahu,” sahut Hyo Hwa seraya melepaskan pelukan terakhirnya itu dari tubuh Kyu Hyun. Gadis itu kemudian mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas, berusaha menampilkan senyuman terbaik yang ia punya pada Kyu Hyun untuk terakhir kalinya sebelum ia meninggalkan negara ini.
Gadis itu kemudian berbalik dan kembali menyeret koper merahnya saat Kyu Hyun membalas senyuman itu dengan sedikit canggung. Entahlah. Hyo Hwa juga tidak terlalu memperhatikannya. Hatinya terlalu sakit untuk melihat wajah tampan itu lagi.
“Hyo Hwa-ya!”
“Ya?” Hyo Hwa menoleh dan mendapati Kyu Hyun tengah tersenyum lebar kepadanya. Sekali lagi. Dan mungkin untuk yang terakhir kalinya untuk empat tahun ke depan.
“Kau pasti akan menemukan cinta sejatimu tak kan lama lagi,” ujar Kyu Hyun yang entah kenapa membuat Hyo Hwa kembali tersenyum. Gadis itu lantas mengangguk dan melambaikan tangannya secara perlahan pada pria tampan itu.
“Tentu saja. Pasti.”
 "Aku akan menunggu kedatanganmu Hyo Hwa-ya!"



“Aku akan merindukanmu. Sangat merindukanmu.”
 

THE END

0 Response to "Last Hug"

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme