My True Love
“MY
TRUE LOVE”
Author
: Ria Utami
Facebook
: Ria Rtngyu
Twitter
: @Riatameee
Main
Cast : Park Min Mi
L
‘Infinite’ a.k.a Kim Myung Soo
Lu
Han ‘Exo-M’ a.k.a Xi Lu Han
Camilla
a.k.a Park Ri Rin
And
other cast ^^
Genre
: AU!, Romance, Comfort, Hurt
Disclaimer
:the fanfict is mine ~
Recommended
Song : Big Bang – Haru Haru
Infinite
– Only Tears
G.N.A
– I Miss You Already
FF
“My True Love”
Park Min Mi menyeret koper merahnya secara perlahan sambil sesekali
mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru bandara internasional kebanggaan
Korea itu dengan gugup. Ia akan berangkat ke London, malam ini. Tentunya dengan
pesawat terakhir.Gadis itu lantas menghela napas berat saat sebuah suara terdengar memanggil namanya dengan cukup keras. Min Mi berbalik dan kini berdiri dengan tubuh gemetar saat seorang pria berlari menghampirinya dengan raut wajah gusar. Tampak menahan amarah.
“Kau berniat lari dariku, hah?! Jadi ini yang kau sebut dengan ‘jalan terbaik’ yang bisa kau lakukan untukku? Apa kau sudah gila, Min Mi-ya?!” bentak pria itu seraya menarik pergelangan tangan Min Mi. Tampak mengantisipasi kalau-kalau gadis itu berniat untuk lari dan masuk ke dalam ruang tunggu keberangkatan.
Min Mi terdiam. Gadis itu hanya bisa menunduk dan menatap high heels berwarna putih pucat setinggi lima sentimeter itu dengan sorotan mata terluka. Ia berhasil menyembunyikan luka ini lebih dari seminggu. Apakah ia tidak bisa menyembunyikannya lebih lama lagi? Setidaknya ia ingin sekali bertahan untuk beberapa menit ke depan saja. Berharap air matanya tidak akan keluar secepat ini dan membiarkannya tersenyum, berpura-pura bahagia di hadapan pria itu.
“Kau kenapa? Apa kau pikir dengan pergi dari negara ini, semua masalah akan selesai begitu saja? Tidak. Aku akan tetap menikahi kakak tirimu. Kau tidak bisa lari dari kenyataan, Min Mi-ya. Aku mencintai Ri Rin dan aku tidak mau menyakitimu lagi. Kau harus tahu semuanya dengan jelas.”
“Tahu soal apa? Tahu soal kenyataan kalau kau itu membohongiku dan memberiku harapan palsu? Benar begitu, Oppa?” tanya Min Mi sambil tertawa miris. Ia bukan menertawakan Lu Han, tapi menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia jatuh cinta pada tunangan kakak tirinya sendiri selama bertahun-tahun?
Lu Han memang selalu bersikap dingin terhadap setiap gadis, termasuk pada Park Min Mi dan Park Ri Rin. Tapi pria itu pernah beberapa kali mengajak Min Mi pergi berdua saja dengannya. Makan malam berdua dan membelikan gadis itu berbagai macam hadiah. Hingga akhirnya, minggu lalu Min Mi mendapat kabar kalau ayahnya akan segera menikahkan Ri Rin dan Lu Han. Sebuah kabar terburuk yang pernah diterimanya selama ini.
Min Mi merasa hancur. Terlebih lagi gadis itu akhirnya mengetahui kenyataan kalau Lu Han begitu menyayanginya seperti adik sendiri karena Min Mi begitu mirip dengan adik perempuan Lu Han yang meninggal lima tahun yang lalu. Itu sebabnya Lu Han sering mengajaknya makan malam berdua saja di luar dan membelikannya banyak hadiah. Pria itu terlalu menyayanginya dan menganggap Min Mi sebagai Xi Mi Yeon, adik perempuannya yang meninggal dalam kecelakaan.
Min Mi juga tidak menyangka kalau kakak tirinya –Ri Rin– ternyata sudah mengetahui hal ini sejak lama dan membiarkan pria itu mengistimewakan dirinya. Gadis itu benar-benar tidak tahu kalau Lu Han tidak pernah mempunyai perasaan terhadapnya. Ia hanya terlalu berharap. Harapan yang sebenarnya tidak ada. Kosong.
“Aku minta maaf,” ucap Lu Han lembut. Pria itu lalu tersenyum kecil dan melepaskan genggaman tangannya dari Min Mi. Lu Han tahu kalau ia tidak boleh egois seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Ia sangat merindukan Mi Yeon dan pria itu benar-benar menemukan sosok Mi Yeon dalam diri Min Mi. Lu Han begitu menyayangi Mi Yeon. Melebihi dirinya sendiri.
“Kau tidak mau memaafkanku, Min Mi-ya?” tanya Lu Han hati-hati. Pria itu menarik napas perlahan saat Min Mi mengangguk ragu dan tersenyum kecut.
“Aku memaafkanmu, Oppa.”
“Aku minta maaf karena tidak menjelaskan semuanya padamu dari awal. Maafkan aku.”
“Aku tidak apa-apa,” sahut Min Mi seraya menyeka air matanya yang entah sejak kapan meluncur bebas dari sudut mata kanannya. Gadis itu meringis saat menyadari kalau pesawat yang akan ia tumpangi itu akan berangkat dalam waktu sepuluh menit lagi.
“Jaga Ri Rin Eonni dengan baik. Aku akan kembali ke Korea setelah menyelesaikan kuliahku empat tahun lagi. Aku harap kau tidak kecewa karena aku tidak mungkin datang ke pesta pernikahan kalian,” ucap Min Mi pelan. Gadis itu lantas meraih Lu Han ke dalam pelukannya dan mendekap pria itu dengan erat. Seperti enggan melepaskan tubuh pria yang sebenarnya sangat ia cintai itu.
“Kau juga. Jaga dirimu baik-baik, Min Mi-ya.”
“Aku tahu,” sahut Min Mi seraya melepaskan pelukan terakhirnya itu dari tubuh Lu Han. Gadis itu kemudian mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas, berusaha menampilkan senyuman terbaik yang ia punya pada Lu Han untuk terakhir kalinya sebelum ia meninggalkan negara ini.
Gadis itu kemudian berbalik dan kembali menyeret koper merahnya saat Lu Han membalas senyuman itu dengan sedikit canggung. Entahlah. Min Mi juga tidak terlalu memperhatikannya. Hatinya terlalu sakit untuk melihat wajah tampan itu lagi.
“Min Mi-ya!”
“Ya?” Min Mi menoleh dan mendapati Lu Han tengah tersenyum lebar kepadanya. Sekali lagi. Dan mungkin untuk yang terakhir kalinya untuk empat tahun ke depan.
“Kau pasti akan menemukan cinta sejatimu tak kan lama lagi,” ujar Lu Han yang entah kenapa membuat Min Mi kembali tersenyum. Gadis itu lantas mengangguk dan melambaikan tangannya secara perlahan pada pria tampan itu.
“Tentu saja. Pasti.”
“Daun maple
berterbangan...
Aroma pinus
tua yang mengering...
Jika cinta
tercipta dalam kehangatan musim ini...
Memberi
hadiah teristimewa untuknya
Meniupkan
angin keabadian....
Karena
cinta tidak memandang perbedaan.
Cinta
adalah sesuatu yang menyatukan perbedaan.
Meleburnya
menjadi satu dan membentuk ikatan sekuat baja.
Kehidupan
yang sempurna itu bukan pada saat kau memiliki semuanya dalam genggaman
tanganmu, tapi ketika kau memiliki keluarga yang utuh, cinta yang tulus dan
rasa nyaman dalam hidupmu”
“Oppa....!!!” teriak seorang gadis berkulit putih susu dengan cepat ia menghambur ke pelukan seorang pria yang telah lama ia rindukan.
“Oppa!! Jeongmal boggoshipo~?!” ucapnya yang terdengar begitu manja.
“Min Mi~ya !! neomu boggoshipo!!” balas pria ini yang juga merindukan gadisnya itu.
“Oppa, bagaimana kalau kita makan dulu? Aku sangat lapar! Sejak dari London tadi aku hanya makan sedikit! Ya?! Ayolah , oppa!”
“Ah..!! Arra , arra ! Kajja!” pria itu meraih pergelangan tangan Min Mi dan berjalan beriringan.
***
“Oppa...! Cobalah ini!”“Bagaimana?” tanya gadis ini antusias.
“Biasa saja!” ujar pria ini dengan ekspresi datar.
“Kyaak~ Myung Soo oppa! K~mm” teriaknya yang kilat dibungkam oleh Myung Soo.
“emmm.. apa yang kau lakukan oppa-ya? Ah! Kau ini!” ucap Min mi sambil meniup poninya. Satu jitakan pun melayang.
“Appo~!!” rintih Min Mi.
“Kau ini! Ini tempat umum Min Mi! Jangan berteriak – teriak !” ujar Myung Soo.
“Arraseo!” tiba – tiba saja ekor mata Min Mi melihat pemandangan yang mungkin membuat hatinya sakit. Sangat sakit. Tubuhnya gemetar hebat. Lidahnya kelu. Myung Soo yang heran dengan ekspresi wajah Min Mi yang berubah seketika dengan cepat membuyarkan pandangan Min Mi.
“Min Mi-ya! Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Myung Soo
“Ah~ A – ku .. Gwanchanayo. Oppa kita pindah dari sini , ne. Jja !” ucap Min Mi yang mendapat tatapan aneh Myung Soo.
“Kau ini kenapa?”
“Min Mi-ya! Ternyata kau disini! Senang kau kembali!” ujar seseorang yang membuat Min Mi terkejut.
“Eonni-ya! “
“Apa yang sedang kalian lakukan. Dan kau~ ah ya!! Kim Myung Soo! Apa kabarmu! Sudah lama kita tidak bertemu!” ucap seorang gadis yang dipanggil Min Mi adalah eonni.
“Ah , ne! Aku baik – baik saja. Bagaimana keadaanmu?” tanya Myung Soo yang begitu disambut oleh seorang perempuan berkulit putih bersih yang bersanding dengan seorang pria yang telah lama Min Mi rindukan saat ini. Tapi , mengapa Min Mi merindukannya? Entahlah perasaan lima tahun lalu kini sudah dikuburnya dalam – dalam semenjak Myung Soo masuk di kehidupan Min Mi saat ini. Dimana pertemuan terakhir yang menurutnya adalah awal untuk melupakan masa lalunya. Memulai kembali sedikit demi sedikit.
“Kami juga baik – baik saja!”
“Oh ya, bagaimana tentang perni –, mian aku angkat teleponku dulu”kata Myung Soo yang kini menjauh dari tiga insan ini.
“Min Mi-ya! Mianhe , aku ada urusan mendadak. Nanti aku akan menjemputmu. Kau bisa pulang dengan eonni-mu! Ne ..!!” ucap Myung Soo yang tiba – tiba mengambil jas-nya di meja.
“Arraseo!! Aku akan menunggumu oppa!! Hati – hati !” pesan Min Mi yang mendapat tatapan aneh dari Lu Han.
“Annyeong Hikaseyo!! Aku pamit dulu!” ucap Myung Soo yang kini tak terlihat lagi punggungnya.
“Eum.. Aku akan memesan dulu , ne!” ujar Ri Rin yang membuat Lu Han dan Min Mi menoleh bersamaan.
Satu detik....
Dua detik....
Tiga detik...
“Dia Ri Rin.
Kakakku yang tersayang.” ucap Min Mi yang membuat Lu Han menoleh.
“Aku tahu.”
sahut Lu Han sambil menatap ke arah Ri Rin yang sedang berjalan ke arah mereka
berdua dengan raut wajah gembira.
“Karena itu
jangan membuatnya kecewa, apalagi menangis.”
“Tidak
akan.”
“Kau sudah
memilihnya. Kau harus membahagiakannya untukku. Atau kalau tidak, aku akan
membunuhmu Lu Han-ah.”
“Ancamanmu
mengerikan.”
“Berjanjilah
untuk menjaganya untukku.”
“Aku
berjanji.”
“Bagus.”
balas Min Mi sambil tersenyum kecut.
“Ucapanmu
aneh.”
“Aku memang
aneh. Kau tahu sendiri akan hal itu.”
“Tapi hari
ini lebih aneh daripada biasanya.” ucap Lu Han sambil terus menatap Ri Rin yang
jaraknya semakin lama semakin dekat.
“Perasaanmu
saja.”
“Min Mi-ya! Aku membawakan
cokelat khusus untukmu!” seru Ri Rin sambil menyodorkan sekotak cokelat
berbentuk hati yang sontak membuat Min Mi dan Lu Han saling berpandangan.
“Aku tak
pernah salah.” ucap Min Mi pelan. Lu Han mendesah.
“Salah
apanya?” tanya Ri Rin tak mengerti.
“Aniya,
bukan apa-apa.”
“Ri Rin-ya,
kita pulang sekarang ne?” ucap Lu Han sambil mengulurkan tangan
kanan-nya ke arah Ri Rin. Gadis itu tidak menjawab. Hanya berdiri tegak sambil
menatap tangan kekar itu dengan perasaan aneh.
“Min Mi-ya mau kemana? Tidak
pulang bersama kami?” tanya Ri Rin sesaat setelah menerima uluran tangan Lu Han.
Min Mi menggeleng.
“Mau mampir
ke suatu tempat. Eonni pulang duluan
saja.”
“Ne..”
***
“Hidup adalah putaran waktu
yang membuatku menjalani kehidupan seperti biasa.
Melakukan banyak hal seperti
biasa.
Tapi tidak mencintaimu seperti
biasa, karena cinta itu bertambah setiap detik setiap harinya dalam hidupku.
Hingga aku tak dapat lagi
mengukur seberapa besar cinta itu.
Belajar apa yang telah ku alami.”
“Appa,
apa kabarmu?” ucap seorang gadis berusia sekitar dua puluh tahunan sambil
membungkuk hormat. Gadis itu kemudian berlutut dan meletakkan sekotak cokelat
berbentuk hati di atas makam yang sudah lebih dulu dihiasi dengan buket bunga
mawar pink yang harum.
“Aku datang
menemuimu lagi, appa. Aku sangat merindukanmu.”
Min Mi
menghela napas dan kembali berbisik, “Aku membawakan sekotak cokelat untukmu
lagi, appa. Sudah lama aku tak memberimu cokelat Cokelat buatan Ri Rin eonni. Cokelat yang sebenarnya dibuatkan
khusus untukku.”
Min Mi
mengerjap-ngerjapkan matanya dan kemudian tersenyum kecut. Setetes butiran
bening mulai mengalir menuruni wajahnya yang cantik.
“Dulu Ri Rin
pernah menitipkan cokelat ini untuk diberikan padamu, appa. Tapi aku
malah melakukan kesalahan dengan memberikan cokelat ini pada orang lain.
Seorang bocah laki-laki kecil yang menangisi makam ayah-nya. Dia pasti sangat
kehilangan karena aku juga merasakan hal yang sama dengannya. Aku tahu
bagaimana rasanya kehilangan ayah yang sangat dicintai. Ku pikir dia akan
merasa terhibur dengan cokelat yang ku berikan padanya dulu.” ucap Min Mi
sambil terisak. Gadis itu lalu menutup wajahnya dan mulai menangis dengan
keras.
“Aku
bersalah appa, aku tidak menepati janjiku pada Ri Rin untuk memberikan
cokelat itu padamu disini. Aku malah memberikannya pada orang lain. Aku merasa
bersalah dan sebagai gantinya aku datang mengunjungimu setiap bulan semampuku
tanpa sepengetahuan Ri Rin. Aku meminta Ri Rin untuk membuatkan cokelat yang
sama setiap bulan dengan alasan aku menginginkan hal itu. Walaupun Ri Rin eonni adalah saudara tiriku tetapi dia
sangat baik, dia selalu membuatkanku cokelat yang sebenarnya tak pernah ku
makan walaupun aku ingin sekali mencoba rasanya sedikit.”
Min Mi menghela
napas kasar dan menatap langit dengan mata basah.
“Maaf, aku
telah mengecewakanmu appa. Aku punya alasan kuat untuk menutupi semua
ini dari Lu Han dan Ri Rin. Tapi apakah kau tahu, appa? Lu Han datang
mencariku dan pada akhirnya menganggap Ri Rin adalah aku. Gadis yang menyeka
air matanya dan memberikan sekotak cokelat berbentuk hati agar dia berhenti
menangis dan tersenyum. Aku tidak bisa berbuat banyak, itu kesalahanku. Dan
sudah sepantasnya Lu Han menyukai Ri Rin. Pemilik cokelat itu yang sebenarnya.
Tapi entah kenapa, rasanya hatiku begitu sakit saat Lu Han mengatakan kalau dia
menyukaiku. Dia menyukaiku, appa. Aku juga menyukai Lu Han, tapi aku tak
dapat mengatakannya pada siapa pun. Aku berusaha membencinya semampuku. Demi Ri
Rin. Karena aku juga tahu kalau Ri Rin sangat mencintai Lu Han. Itu sangat
menyakitkan, appa. Dan bagaimana appa
tahu bahwa Myung Soo adalah jodohku? Mengapa appa tidak memberikan cincin itu pada Ri Rin eonni? Seandainya cincin itu diberikan Ri Rin eonni, aku akan bahagia bersama Lu Han , appa.”
Min Mi
tersenyum kecut dan menyeka air matanya dengan punggung tangan. Berusaha tetap
menatap fokus ke arah makam yang mulai basah karena rintik-rintik hujan.
“Appa, jika
dapat ku putar waktu. Aku tak ingin menemui bocah laki-laki itu, aku tak ingin
menyeka air matanya dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Aku juga tak
ingin memberikan cokelat itu padanya. Kalau saja aku tidak melakukan semua itu,
mungkin aku dan Ri Rin sudah bahagia dengan pria pilihan masing-masing. Kami
tidak mungkin terjebak dalam cinta yang sama. Cinta untuk pria yang sama.”
“Min Mi-ya?”
Tiba-tiba
saja bahu kanan Min Mi ditepuk dengan pelan. Gadis itu tersentak, tapi tidak
kuasa untuk menoleh. Tubuhnya mendadak gementar. Menggigil pucat.
“Kau salah
kali ini, Min Mi-ya. Salah untuk yang kedua kalinya.” bisik suara itu
yang membuat Min Mi menjerit histeris.
“Sadar Min
Mi-ya! Kau harus sadar! Kau mencintaiku!” teriak Lu Han bersamaan dengan
suara hujan yang turun semakin deras. Min Mi menggeleng kuat-kuat dan berusaha
melepaskan diri dari pelukan kuat pria itu.
“Tidak! Aku
tidak salah! Bukankah Ri Rin eonni
memang membuatkan cokelat itu untukmu? Dia adalah gadis yang membuat semua
cokelat-cokelat itu! Apa aku kurang lama pergi dari Korea hanya untuk kau bisa
melupakanku? Bukankah kau telah menganggapku sebagai adikmu. Xi Min Yeon? Hah?!
Dan kau telah resmi menjadi pendamping Ri Rin eonni? Aku adalah orang yang paling terpukul dengan kematian appa!
Appa sangat suka cokelat, sama sepertiku! Dan Ri Rin paham sekali akan
hal itu! Aku tak baik untukmu, Lu Han-ah! Aku tak baik untukmu! Lupakan
aku , oppa!!” pekik Min Mi sambil
menangis hebat. Lu Han tersentak. Rahang pria itu mengeras.
“Apanya yang
tidak baik? Kau baik! Seandainya saja aku tidak mengikutimu enam tahun yang
lalu, mungkin sekarang aku menganggap kalau kau adalah gadis yang bertemu
denganku taman waktu itu . Tapi ternyata? Bukan dia yang ku cari, Min Mi-ya!
Tapi kau! Kau adalah gadis kecil konyol yang datang ke taman dengan gaun pink
basah! Gadis yang menyerahkan sekotak cokelat rusak dan menyeka air mataku!
Gadis yang mengatakan semua akan baik-baik saja! Dan gadis yang membuatku
merasakan cinta untuk yang pertama kali! Aku tak pernah merasakan hal gila
seperti ini pada gadis lain, kecuali kau!Tapi ternyata? Setelah kau pergi semuanya berubah. Aku
begitu merindukanmu. Disisi lain , Ri Rin dia telah menjadi pendamping hidupku.
Mengapa kau tak bicara bahwa kau gadis yang datang waktu itu? Kau memilih
cincin itu. Dan apakah kau tahu? Ri Rin
yang menyuruhku untuk menyusulmu kemari!” bentak Lu Han bertubi-tubi.
Min Mi
tercekat. Gadis itu tak mampu menjawab. Hanya air mata yang terus menerus
mengalir membasahi wajahnya. Seakan-akan berlomba dengan hujan yang sejak tadi
menguyur pemakaman sepi itu. Lu Han mengatur napasnya yang terengah-engah dan
kembali meraih gadis pucat itu ke dalam pelukannya.
“Aku disini,
Min Mi-ya. Aku disini. Aku yang akan melindungimu.” bisik Lu Han yang
membuat Min Mi semakin merasa kacau.
“Aku…aku—“
“Kau tak
perlu menjawab.”
“Tapi kau
harus mendengar penjelasanku, Lu Han-ah.” desis Min Mi lemah.
“Apa?”
Lu Han melepaskan
pelukannya dan menatap wajah gadis itu dengan bingung. Ada perasaan aneh yang
lagi-lagi menjalar mengusik batinnya.
“Aku.. aku
tak bisa, Lu Han-ah.”
“Maksudmu?”
“Aku tak
bisa bersamamu. Tidak bisa..”
“Min Mi-ya…”
“Aku ingin
kau mau memaafkan segala kesalahanku, segala kebencianku dan semua yang pernah
terjadi selama ini. Aku minta maaf jika pernah menyakiti perasaanmu.”
“Jangan
bicara macam-macam, Min Mi-ya!”
“Maaf, aku
tak bisa. Aku tak pantas.” desis Min Mi pelan. Rasanya oksigen disekitar gadis
itu mulai menipis, sehingga Min Mi mulai kesulitan bernapas.
“Cukup! Aku
tak mau dengar!”
“Tolong jaga
Ri Rin eonni. Cintailah dia Lu han-ah.
Aku mohon.”
“Min Mi-ya!!”
“Aku
mencintaimu, Lu Han-ah. Saranghae.” bisik Min Mi lirih bersamaan
dengan hilangnya kesadaran gadis itu dalam pelukan Lu Han. Min Mi jatuh lemas
dan Lu Han menahan beban tubuh gadis itu dengan susah payah.
“Min Mi-ya?
Bangun! Min Mi-ya!!” panggil Lu Han panik. Pria itu lantas mengangkat
tubuh pucat Min Mi dan berjalan menembus hujan dengan cepat. Beberapa
saat kemudian, sebuah mobil Ferrari fortabel putih tampak meninggalkan
areal pemakaman itu dengan kecepatan tinggi.
***
“Kehidupan yang sempurna itu bukan pada
saat kau memiliki semuanya dalam genggaman tanganmu, tapi ketika kau memiliki
keluarga yang utuh, cinta yang tulus dan rasa nyaman dalam hidupmu.
Aku baru sadar cinta itu datang tanpa harus mencari.
Hanya saja kita tak peka pada perasaan kita. Orang – orang yang tinggal
bersamaku .... tiba – tiba menjadi tidak berarti bagiku. Itu hal yang mudah
bagiku. Terlepas apa yang aku makan atau berjalan bersama mereka saat hujan
tiba. Tidak peduli betapa baiknya mereka kepadaku, sangat mudah bagiku untuk
meninggalkan mereka. Itu juga berlaku jika ada orang yang meninggalkanku
terlebih dulu. Meski mereka pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aku tak
keberatan dengan semua itu. Aku akan melupakannya. Aku tak tahu apa artinya
untuk mencintai seseorang sampai mati. Tapi disaat cinta itu datang , semuanya
berubah. Cinta merubah semua keadaan. Aku berterima kasih saat kau membantuku
menghilangkan kesedihan yang mungkin membuatku sangat terpukul..”
“Jelaskan padaku apa yang terjadi pada Min Mi?! Dia kenapa? Dia sakit?!” todong
Myung Soo begitu Ri Rin menghampiri pria itu dengan langkah tergesa. Gadis itu
tidak langsung menjawab. Hanya mampu menatap Myung Soo dengan raut wajah yang
tak bisa dijelaskan. Lu Han menunduk. Ia berharap tak akan terjadi sesuatu
dengan Min Mi. Dia tahu ini kesalahannya.
“Dia..dia—“
“Dia
kenapa?!”
“Min Mi
punya penyakit, keturunan dari appa.” jawab Ri Rin pelan. Hampir tak
terdengar.
“Sakit? Tapi
selama ini dia baik-baik saja! Apa yang terjadi padanya?” tanya Myung Soo tak
mengerti. Ri Rin menunduk.
“Min Mi
punya penyakit pneumonia. Dia tak boleh terkena hujan begitu lama karena
itu akan membuat sakitnya kambuh.”
“Itu saja?
Bukankah penyakit itu bisa sembuh dengan minum obat? Lalu kenapa tadi ku lihat
kondisinya kritis? Kenapa bisa semakin parah?”
Ri Rin tak
menjawab. Gadis itu tersenyum kecut dan kemudian mengeluarkan sebuah kotak
kecil yang berisi cincin milik keluarga Kim.
“Ini
punyamu.” ucap Ri Rin yang membuat Myung Soo mengernyit.
“Kenapa
dikembalikan?”
“Aku tak
pantas memilikinya. Itu milikmu. Benda yang kau berikan untuk Min Mi, bukan
aku. Maaf, selama ini aku benar-benar tidak tahu tentang kebenaran dibalik
cincin cantik itu.”
“Tapi—“
“Aku sudah
tahu semuanya saat Lu Han mengatakan akan menyusul Min Mi ke pemakaman. Aku
tahu kalau ini tak boleh, tapi aku mencari jawaban atas pertanyaanku sendiri.
Aku membongkar kamar Min Mi Aku mencari catatan, buku atau apa saja untuk
menjawab semua pertanyaan yang sejak dulu selalu memenuhi pikiranku. Tapi Min
Mi sama sekali tidak menyimpan benda-benda semacam itu. Aku hanya menemukan
selembar foto kusam yang robek dibagian ujungnya. Foto yang diambil secara
diam-diam dan terlihat tidak fokus pada objek karena memakai kamera ponsel. Itu
foto dirimu, Myung Soo. Min Mi menyimpannya dibawah bantal yellow kesayangannya.
Dan apakah kau tahu artinya itu? Dia sangat mencintaimu. Tapi dia tak ingin aku
mengetahui kenyataan itu. Lima tahun yang lalu, dia memutuskan pergi ke London
hanya untuk menemuimu. Melupakan apa yang terjadi saat itu. Melupakan Lu Han.
Melupakan kesedihan yang membuatnya tertekan. Eomma , menyuruhnya agar tidak pergi tanpa pengawasannya. Tapi ,
dia keuhkeuh ingin menemuimu.” Jelas Ri Rin dengan suara tercekat. Lu Han
menunduk. Setetes kilauan bening meluncur dengan bebas dari sudut mata kanan Myung
Soo. Menandakan bahwa saat ini perasaan pria itu benar-benar hancur.
“Dia begitu
terpukul saat membaca surat terakhir yang diberikan appa sebelum dia pergi. Waktu itu Min Mi menganggap bahwa Lu Han
mencintainya. Jika Min Mi tidak berbohong waktu itu mungkin dia sudah hidup
bahagia dengan Lu Han dan cincin itu, ya! Seharusnya aku yang memilikinya bukan
Min Mi. Min Mi lebih memilihmu. Min Mi melarangku untuk mengatakan semua ini. Hanya
aku dan eomma yang mengetahuinya. Tapi sebelum aku pergi menemuimu
disini, eomma menyuruhku untuk menjelaskan semua yang terjadi.”
“Katakan..
Aku sudah siap..” sahut Myung Soo parau. Ri Rin mengangguk.
“Min Mi sejak
lahir dia mengalami gangguan pernapasan yang disebut asfiksia. Dia
kesulitan bernapas dan saat itu kondisinya kritis. Tapi Tuhan masih
menyelamatkannya. Min Mi akhirnya berhasil keluar dari rumah sakit setelah
seminggu mendapatkan perawatan yang intensif.”
“………”
“Kami tumbuh
dewasa dengan kondisi kesehatan yang berbeda. Appa , selalu mengkhawatirkan keadaan Min Min sampai dia tak sadar
akan penyakitnya sendiri. Min Mi adalah orang yang mudah sakit. Setelah kabur
dari rumah saat perayaan ulang tahun dia yang ketujuh belas tahun, dia kembali
masuk rumah sakit karena gangguan pernapasan. Kau tahu? Saat itu dia pergi ke
pemakaman appa dengan gaun ulang tahun berwarna pink lembut dan
membawa sekotak cokelat hasil buatanku dan eomma. Seluruh keluarga kami
mencarinya dan pada akhirnya menemukan Min Mi dalam keadaan pingsan tak jauh
dari pemakaman. Dan sekotak cokelat itu hilang. Kami hanya bisa menemukan
sebuah cincin indah yang berada dalam genggaman tangannya.”
“Cincin
itu…” desis Myung Soo lirih. Pria itu lalu menghela napas dan menghembuskannya
dengan kasar. Ada perasaan terluka saat Ri Rin mulai membuka semuanya. Segala
hal tentang Min Mi.
“Eomma selalu
menjaga Min Mi agar tidak terkena hujan, tidak keluar saat musim dingin dan
berusaha menjaga agar penyakit paru-parunya itu tidak kambuh lagi. Itu sebabnya
Min Mi membenci hujan. Dia tidak suka dengan cuaca mendung dan terlalu dingin.
Itu akan membuatnya kesulitan bernapas. Dan yang lebih parah lagi, Min Mi tak
hanya mewarisi penyakit pneumonia dari appa. Dia juga mewarisiSyndrom
Stevens-Johnson yang lebih berbahaya dibandingkan dengan infeksi
virus herpes.”
“Apa itu
sangat berbahaya?”
“Ne,
tubuh orang yang menderita Syndrom Stevens-Johnson tidak bisa menerima
segala jenis obat antibiotik, analgetik dan analgesik. Kematian
biasanya disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, bronkopneumonia,
serta sepsis. Dan Min Mi termasuk kedalamnya. Dia penderita pneumonia
yang parah ditambah dengan tubuhnya yang alergi terhadap semua jenis
obat-obatan yang mendukung kesembuhannya. Antibiotik digunakan sebagai
obat utama untuk membunuh kuman penyakit, melumpuhkan virus dan sebagainya.
Sedangkan analgetik adalah jenis obat untuk menghilangkan rasa sakit,
obat penenang dan juga obat yang berfungsi untuk meringankan sakit yang dialami
oleh penderita. Lalu analgesik? Aku tak bisa menjelaskan lebih jauh soal
ini. Yang jelas tipe obat analgesik itu semacam paracetamol dan metamizol.
Itu artinya Min Mi tidak dapat meminum obat apapun! Satu pun tidak ada yang
mampu meringankan rasa sakitnya karena ia alergi terhadap semua jenis obat itu!
Dan apakah Oppa tahu? Satu-satunya benda yang bisa membuat Min Mi
bertahan hanya lah oksigen! Hanya oksigen oppa! Tidak lebih!” ucap Ri
Rin tanpa bisa menahan air matanya yang sejak tadi mengalir bebas membasahi
wajahnya yang cantik.
Myung Soo
menunduk. Pria itu hanya mampu menangis dalam diam. Dan mulai berpikir kalau
dunia ini terlalu kejam. Ini adalah kunci dari segala drama yang ia jalani. Min
Mi adalah gadis yang selama ini ia cari.
Yang telah lima tahun menjalani kehidupan bersama. Mengenal satu sama lain.
Beberapa
detik kemudian, Myung Soo mengangkat wajahnya dan berjalan menuju ruangan yang
sejak tadi tertutup. Memukul-mukul pintu ruangan serba putih itu sambil
menjerit frustasi. Ri Rin tak bisa berbuat banyak. Gadis itu hanya mampu
menatap punggung Myung Soo yang membelakanginya. Terlalu sakit untuk dikatakan
secara jelas.
Myung Soo
berteriak beberapa kali, meminta petugas medis untuk membuka pintu dengan
perasaan campur aduk. Tak ada yang mendengar jeritannya. Semua petugas medis
didalam sana berusaha menyelamatkan Min Mi tanpa bisa memberikan jenis obat
apapun. Tidak bisa memberikan suntikan atau cara lain agar membuat gadis itu
bertahan.
Beberapa
detik kemudian, pintu terbuka. Tampak dua orang petugas medis keluar dari
ruangan itu disambut oleh Myung Soo , Lu Han dan Ri Rin. Tak lama kemudian, Jin
Ah muncul dari dalam ruangan itu dengan mata sembab.
“Eomma..”
“Ri Rin-ah,
kau harus kuat.. Kita harus mengikhlaskan Min Mi, ne? Kasihan dia…” ucap
Jin Ah sambil terus menerus menyeka air matanya. Bibir wanita paruh baya itu
bergetar hebat. Membuat Ri Rin seketika menangis histeris dan memeluk tubuh
wanita yang melahirkannya dua puluh tahun yang lalu itu.
“Ini tidak
mungkin…” desis Myung Soo lirih. Air matanya mulai merebak, meronta-ronta ingin
keluar dengan bebas.
“Min Mi
masih hidup, bukan?” tanya Lu Han parau. Jin Ah menggeleng perlahan.
“Dia pergi..
Beberapa menit yang lalu.. Tak ada lagi yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan
Min Mi.. Aku tak bisa menahannya lebih lama lagi.. Kasihan dia..” jawab Jin Ah
berusaha tegar. Wanita paruh baya itu lantas meremas bahu Myung Soo yang
gemetar.
“Terima
kasih karena telah mencintai putriku, Tuan Kim.” Ucap Jin Ah sambil mengeratkan
pelukannya pada tubuh Ri Rin. Myung Soo tak menjawab. Pria itu hanya berjalan
pelan ke dalam ruangan dimana tubuh tak bernyawa Min Mi tengah berbaring dia
atas tempat tidur putih berhiaskan selang-selang aneh yang entah untuk apa.
Tubuh kaku Min Mi ditutup dengan selembar kain putih bersih, tanpa noda.
Menandakan Min Mi memang sudah pergi, meninggalkan semuanya. Meninggalkan rasa
sakit yang selalu ia rasakan bertahun-tahun. Meninggalkan ibu dan kakak yang
menyayanginya serta seorang pria yang ternyata sangat mencintainya.
“Min Mi-ya..”
panggil Myung Soo serak. Pria itu menatap raut wajah pucat Min Mi dengan nanar.
Rasanya semua kejadian ini tidak nyata. Ini mimpi. Ya, Myung Soo yakin kalau
ini mimpi!
“Bangun Min
Mi-ya..”
“……….”
“Aku mohon
bangun..”
“………..”
“Min Mi-ya!
JANGAN BERCANDA!! INI SAMA SEKALI TIDAK LUCU!!”
“………..”
“BANGUN!!
AKU MOHON JANGAN PERGI!!! KAU TAK BOLEH PERGI!!!!”
“………..”
“AKU
MENCINTAIMU!! AKU MOHON JANGAN PERGI!!!”
“Saranghae Kim Myung Soo~~”
0 Response to "My True Love"
Posting Komentar