THANK YOU
04.44
Unknown
, Posted in
ma future
,
0 Comments
Author
: Ria Utami
Facebook
: Ria Rtngyu
Twitter
: @Riatameee
Main
Cast : Bisma SM*SH a.k.a Bisma
Thalita
Azaira
Morgan SM*SH a.k.a Handi Morgan Winata
Morgan SM*SH a.k.a Handi Morgan Winata
Reza
SM*SH a.k.a M. Reza Anugrah
And
other cast ^^
Genre
: AU!, Romance, Comfort, Hurt
Disclaimer
: BISMA KARISMA IS MINE XD *ditabok Bismaniacs*
SM*SH
belongs to SM*SHBLAST, but the fanfict is mine ~
Recommended
Song : SM*SH – Rindu Ini
SM*SH
– I Heart You
SM*SH
– Inikah Cinta
SM*SH
– YOU ARE
FF
“Thank You”
***
“Hidup
adalah putaran waktu yang membuatku menjalani kehidupan seperti biasa.
Melakukan
banyak hal seperti biasa.
Tapi
tidak mencintaimu seperti biasa, karena cinta itu bertambah setiap detik setiap
harinya dalam hidupku.
Hingga
aku tak dapat lagi mengukur seberapa besar cinta itu.”
***
“Bisma!!”
pekik Aza sambil berlarimenerobos kerumunan orang – orang yang sedang mengantri
di depan pintu keberangkatan luar negeri. Gadis itu melangkahkan kakinya lebar
– lebar sambil menoleh kesana kemari. Berusaha menemukan sosok pria tampan yang
tengah ia cari sejak sepuluh menit yang lalu.
“Bisma!!”
jerit Aza lagi. Tapi sia – sia saja, ekor mata Aza sama sekali belum dapat
menangkap sosok itu.
“Maaf, Nona tidak diperbolehkan masuk ke dalam!”
ucap seorang petuugas keamanan yang sontak menghentikan langkah Aza.
“Tidak
boleh? Ku mohon. Aku punya kepentingan mendesak. Aku akan keluar begitu
masalahku selesai. Waktu tak banyak. Aku mohon!” pinta Aza yang dijawab dengan
gelengan ringan pria paruh baya itu.
“Maaf
nona... saya tidak dapat membantu anda..”
“Ku
mohon. Aku mohon sebentar saja!Aku pasti akan keluar setelah urusanku selesai!”
ucap Aza cepat.
“Maaf,
saya benar – benar tidak dapat membantu nona...”
“Aishh~”
Aza
terdiam. Gadis itu menunduk dan kemudian berjalan meninggalkan pintu yang
dijaga ketat petugas keamanan itu.
Aza
melirik arloji putih yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan
pukul dua siang. Itu artinya pesawat Bisma sudah berangkat lima menit yang
lalu. Gadis itu menghela nafas dan menyeka kristal bening yang tanpa ia sadari
sudah lebih dulu meluncur dengan bebas menuruni pipi kanannya.
Bisma
Karisma. Orang yang selama ini ia cintai. Lagi – lagi harus pergi
meninggalkannya tanpa mengetahui perasaan Aza yang sebenarnya. Aza merasa
menyesal. Kenapa tidak dari tadi pagi saja Aza menemui Bisma dan mengungkapkan
segalany? Mengutarakan apa yang ia rasakan selama ini pada Bisma? Kenapa takdir
selalu tidak berpihak padanya? Dan kenapa juga Aza melewatkan kesempatan yang
ia miliki untuk kedua kalinya?
****
“Tersenyum.
Karena dengan tersenyum, secara
tidak langsung kau mengatakan pada dunia kalau kau bahagia bersamaku.”
****
“Aza...”
panggil seseorang yang sontak membuat Aza menoleh. Beberapa detik kemudian,
mata gadis itu membulat. Nafasnya tercekat. Jantung Aza terasa dipacu terlampau
cepat.
Aza
mengerjap – ngerjapkan matanya. Inikah yang dinamakan mimpi indah? Bahkan
terlalu indah untuk menjadi nyata.
“Bisma?”
desis Aza tak percaya. Bisma mengangguk dan tersenyum.
“Benarkah
ini kau? Tapi.. tapi bukankah – “
“Tentu
ini aku. Maaf , Za. Aku tak bisa terlalu lama disini. Dan aku minta maaf sekali
lagi, mungkin ini keputusanku untuk pindah. Semoga kita bisa bertemu kembali.
Jaga dirimu baik – baik.” Ucap Bisma lalu mengecup kening Aza. Tak terasa
buliran bening meluncur dengan bebas menuruni pipi kanannya.
“Jaga
dirimu baik – baik!”
Aza tak
bisa berkutik. Kakinya gemetar hebat. Dia hanya bisa melihat punggung Bisma.
Mungkin ini takdir Aza. Dua kali ia ditinggal oleh seseorang yang ia cinti.
“Aku
akan menunggumu! “ gumam Aza menyeka air matanya.
****
“Rindu merengkuh jiwa, merasuk
kalbu dan mengunci pikiranku di dalamnya.
Menerbangkan anganku tentang
dirimu yang tak terjangkau oleh pandangan mataku.
Apakah kau baik-baik saja?
Aku tidak sedang baik-baik saja
karena sakit merindukanmu.
Lalu... Mungkinkah kau
merindukanku?
Sedikit saja?”
****
“Bagaimana keadaan Bisma? Apakah dia belajar dengan baik?” tanya Aza sambil
kembali menyesap yogurt stawberry yang tinggal sedikit lagi di hadapannya itu.
Setidaknya sudah menyusut ketimbang dua jam yang lalu. Tangan kanannya sibuk
memegang pena dan mencoret-coret semampu yang ia bisa, sedangkan tangan kirinya
memegang satu gelas yogurt yang baru saja ia pegang semenjak dua jam lalu.
“Kau
ini. Apa tidak ada topik lain selain Bisma?” tanya Reza parau.
“Yak!!
Kau ini kenapa sih , Ja? Memangnya ada masalah kalau aku tanya keadaan Bisma?”
tanya Aza balik dengan tampang marahnya.
“Za!
Kamu pikir dong! Morgan? Morgan mau
dikemanain?” tanya Reza dengan tatapan seriusnya.
“Morgan?
Ada apa dengannya? Memangnya ada hubungannya dengan ku?” ujar Aza kembali
menyesap yogurtnya. Reza mencoba membaca ekspresi yang diberikan Aza.
“Kau?
Bukankah?”
“Tentu!
Kau kira aku setuju begitu dengan pertunangan ini? Hahaha... kau gila , Ja! Aku
gak bakalan pergi dari Bisma begitu aja!” terang Aza. Reza berhasil
membulatkan matanya.
“Kenapa
kau melakukan ini? Kau gila!!” ucap Reza dengan sinis.
“Kau
membela Morgan begitu? Aissh!! Aku kira kau dipihakku , Ja!” Aza mengambil
tasnya, lalu pergi meninggalkan Reza sendirian. Dasar Reza bodoh! Apa maksudnya
memancing emosi labil Aza? Bila dia mengharapkan Aza melupakan Bisma, kenapa
dia malah menyinggung hubungannya dalam penggambaran yang konyol?
“Aza...,”
panggil Reza. Namun sayang, Aza terus melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan
panggilan dari Reza.
****
“Kadang aku berpikir, kau adalah ciptaan Tuhan
yang sempurna.
Sempurna dalam arti dapat
melengkapi kekuranganku, mengatasi kegelisahanku dan menjadikan segala sesuatu
yang kita lalui terasa sangat indah.
Kaang cinta tidak sepaham
dengan logika.
Tidak juga dengan pemikiran
manusia.
Semua bisa terjadi begitu
cepat, sangat cepat.Tidak ada satu pun yang sanggup menghentikannya.”
****
Gadis itu lantas melirik arloji putih yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Mendecak pelan dan kemudian kembali beralih menatap aspal jalanan yang basah. Sudah setengah jam ia menunggu di sini dan pria itu belum juga datang menjemputnya. Hingga pada akhirnya sebuah cahaya lampu mobil sukses membuat Aza tertegun sejenak. Gadis itu menyipitkan matanya dan berusaha untuk mengenali kedua sosok manusia yang keluar dari mobil itu dengan gerakan yang bisa di bilang cukup santai.
“Bisma?” desis Aza lirih. Gadis itu refleks menunduk dan mundur beberapa langkah ke belakang untuk menyembunyikan dirinya di sisi gelap halte bus itu. Suasana begitu sepi sehingga gadis itu dapat mendengar percakapan yang tengah di lakukan oleh Bisma dengan sosok wanita yang juga keluar dari mobil yang sama dengan pria itu.
“Aku tidak mungkin memberikan seorang anak padamu. Kau dengar?” ucap Bisma dingin. Wanita muda yang semula hanya diam dan menunduk itu mulai memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya. Dan hal itu membuat Aza dapat mengenali wanita yang sedang bersama mantan kekasihnya itu dengan cepat.
“Tapi pernikahan kita–”
“Kita dijodohkan. Itu sama saja dengan pernikahan yang terpaksa di lakukan. Apa kau tahu? Kau telah membuatku merasa kalau aku ini pria yang tidak bertanggung jawab,Stell.”
“Kau masih mengingatnya?!” tanya Stella setengah berteriak. Bisma terdiam. Hujan mulai mengguyur tubuh keduanya dan membuat baju mereka mulai basah. Aza yang sejak tadi mendengarkan percakapan kedua orang yang telah menyakiti hatinya itu lantas semakin menyembunyikan dirinya di tempat yang tidak terkena sinar lampu remang-remang halte bus itu. Sesak. Rasanya sesak sekali melihat orang yang dulu sangat ia cintai, kini tengah bertengkar dengan seorang wanita yang tidak lain adalah istri dari pria itu sendiri.
“Aku tidak mengingatnya, Stella. Bisakah kau berhenti mempunyai pikiran buruk tentangku? Aza adalah masa lalu. Aku sudah belajar untuk melupakannya sedikit demi sedikit.”
Aza tersentak. Gadis itu lantas menggigit bibir bawahnya saat air mata mulai menyeruak keluar dari sudut mata kiri gadis itu. Ia tak tahan lagi. Benar-benar tidak tahan. Aza lantas berbalik dan berlari meninggalkan halte bus itu, menembus hujan. Ia tidak peduli apakah Bisma akan menyadari kehadirannya di sana dan berbalik mengejarnya. Ia tidak peduli akan hujan yang di bencinya selama ini. Hujan yang mengingatkannya soal kenangan tentang pria itu.
Aza menghentikan langkahnya saat napasnya mulai terasa sesak dan rasanya udara benar-benar kosong di sekitarnya. Ia tidak mampu berlari lagi. Lututnya lemas dan pikirannya kosong.
“Apa yang kau lakukan di sini, Aza?” tanya seorang pria yang entah sejak kapan sudah berdiri tepat di belakang Aza. Gadis itu tertegun beberapa saat dan pada akhirnya memilih untuk memejamkan matanya saat sang pria mulai memeluknya dari belakang.
Aza butuh waktu. Hanya enam puluh detik saja untuk mengenang ingatannya tentang Bisma dan akan melepaskannya begitu saja saat waktu enam puluh detik itu habis. Ia hanya butuh waktu sebentar saja. Tidak akan lama.
“Maaf, aku terlambat menjemputmu,” ucap pria itu tepat di telinga kanan Aza. Gadis itu tersenyum kecut dan mengangguk secara perlahan. Enam puluh detik waktunya telah habis. Ia harus melihat kehidupan nyatanya sekarang, bukan masa lalu.
Morgan lantas melepaskan pelukan sepihaknya dari tubuh gadis itu kemudian membalikkan tubuh Aza agar bisa berhadapan langsung dengannya. Mata elang milik pria itu beradu pandang dengan sepasang mata teduh milik Aza. Waktu serasa berhenti sejenak dan butiran hujan membeku di udara. Sebuah senyuman kecil terukir manis di raut wajah cantik gadis itu.
“Bolehkah aku memelukmu, Morgan?” tanya Aza ragu. Pria itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan Aza, tapi gerakan tubuhnya telah menjawab semuanya tanpa keraguan. Morgan menarik Aza ke dalam pelukannya dan kembali berbisik di telinga gadis itu.
“Hei, kau siap untuk menjadi istriku minggu depan ‘kan?”
“Dikala cinta itu datang, tak ada
keraguan untuk memilih satu hati.
Satu rasa yang bermakna ‘cinta’
Cinta...
Adakah hubunngan antara cinta
dengar gugurnya daun – daun pada saat akhir musim gugur?
Jika tak ada hubungan, lalu
kenapa cinta yang pada awalnya meakr pada musim semi seketika berguguran
bersamaan dengan pergantian dari musim panas ke musim gugur?
Dan mungkinkah jika cinta itu
membeku seiring dengan hadirnya musim dingin?
Atau bertahan dalam diam dan
menunggu angin untuk menerbangkan segalanya? Kenangan tersisa?
Aku baru sadar cinta itu datang
tanpa harus mencari.Hanya saja kita tak peka pada perasaan kita.
Orang – orang yang tinggal
bersamaku .... tiba – tiba menjadi tidak berarti bagiku. Itu hal yang mudah
bagiku.
Terlepas apa yang aku makan atau
berjalan bersama mereka saat hujan tiba.
Tidak peduli betapa baiknya
mereka kepadaku, sangat mudah bagiku untuk meninggalkan mereka. Itu juga
berlaku jika ada orang yang meninggalkanku terlebih dulu.
Meski mereka pergi tanpa
mengucapkan sepatah kata pun. Aku tak keberatan dengan semua itu. Aku akan
melupakannya.
Aku tak tahu apa artinya untuk
mencintai seseorang sampai mati.
Tapi disaat cinta itu datang ,
semuanya berubah.
Cinta merubah semua keadaan.
Disaat orang yang sangat kucintai
pergi meninggalkanku seorang sendiri untuk selamanya.
Tapi , disaat itu juga seseorang
menghampiriku. Memberi kehangatan.
Melupakan kesedihan yang
mendalam.”
THE END
0 Response to "THANK YOU"
Posting Komentar